Dalam dunia video game, tujuan utama biasanya sederhana: menang. Baik itu menumbangkan bos di Elden Ring atau mengalahkan lawan di Madden, kemenangan selalu jadi hadiah utama. Namun, ada satu genre yang unik karena justru menjadikan kekalahan sebagai inti pengalaman: roguelike.
Di roguelike games, kekalahan adalah sesuatu yang pasti. Bedanya, alih-alih mengecewakan, kekalahan justru membuat pemain ingin mencoba lagi. Level yang selalu acak menciptakan rasa penasaran: “Apa yang akan kutemui berikutnya?” Tak heran banyak pemain berkata, satu kali lagi, bahkan ketika sudah larut malam.
Menurut psikiater Dr. Ashvin Sood, daya tarik roguelike berasal dari ketidakpastian yang segar di setiap percobaan. Ia sendiri menggemari Dead Cells dan Hades. Psikolog klinis Dr. Jeremy Lichtman menambahkan bahwa Hadesterasa spesial karena mampu mengajarkan mekaniknya dengan jelas, sehingga pemain berani bereksperimen dengan strategi baru.
Roguelike modern hampir selalu menawarkan sistem metaprogression. Pemain mungkin harus mengulang dari awal, tetapi tetap membawa pengalaman, peningkatan permanen, atau bahkan perkembangan cerita.
Contohnya di Hades, interaksi dengan karakter terus berkembang meski pemain gagal mengalahkan bos. Artinya, kekalahan bukan akhir, melainkan bagian dari progres.
Selain progres dalam game, ada juga kepuasan dari peningkatan skill pemain. Seperti kata Dr. Lichtman, “Kamu tidak mulai dari nol, karena kemampuanmu sudah meningkat.”
Belajar memahami pola musuh, bereksperimen dengan build, atau menemukan senjata favorit adalah pencapaian tersendiri yang membuat pemain tetap merasa maju, meskipun sering gagal.
Banyak roguelike hanya butuh 15–20 menit per percobaan. Durasi singkat ini membuat genre terasa menantang tapi tidak melelahkan. Gagal pun tidak masalah, karena pemain bisa langsung mencoba lagi tanpa harus membuang banyak waktu.
Pada akhirnya, roguelike adalah perpaduan antara kekalahan, pembelajaran, eksperimen, dan kepuasan membangun kemampuan. Semua itu menciptakan rasa berdaya yang, menurut Dr. Sood, sangat penting terutama bagi anak muda.
Tak heran jika game seperti Hades dan Dead Cells kini dianggap sebagai comfort food gamers. Di genre ini, kekalahan bukanlah akhir, tapi justru bagian dari keseruan.