Bagi gamer yang tumbuh di era rental PlayStation, nama Hot Shots Golf mungkin langsung memunculkan kenangan indah. Game ini identik dengan karakter unik, gameplay kasual tapi menantang, serta nuansa ceria yang membuat golf terasa menyenangkan meski dimainkan di layar TV tabung. Kini, Bandai Namco bersama developer baru Hyde Inc. mencoba membangkitkan kembali seri ini lewat Everybodys Golf: Hot Shots.
Pertanyaan besarnya: apakah game ini hanya mengandalkan nostalgia, atau benar-benar menawarkan sesuatu yang segar?
Sedikit kilas balik, seri ini lahir pertama kali di PlayStation 1 pada tahun 1998. Developer awalnya adalah Camelot, studio yang juga dikenal sebagai pencipta Mario Golf. Namun, mulai era PS2 hingga PS Vita, tongkat estafet berpindah ke Clap Hanz, yang berhasil membentuk identitas Hot Shots selama lebih dari dua dekade.
Kini, untuk pertama kalinya sejak lama, proyek ini jatuh ke tangan Hyde Inc., studio yang sebelumnya dikenal lewat game Tamagotchi Plaza. Perubahan developer ini otomatis membawa rasa berbeda. Hot Shots kini sudah dua kali terlepas dari akar aslinya, dan transisi itu cukup terasa di game terbaru ini.
Kabar baiknya, mekanik inti golf klasik tetap ada. Sistem tiga klik untuk power, timing, dan akurasi masih menjadi pondasi. Faktor angin dan timing mikro membuat pukulan terasa menantang, tapi juga memuaskan ketika berhasil.
Mode klasik seperti Stroke Play dan Match Play kembali hadir. Tidak ketinggalan roster besar dengan 30 karakter ikonik, mulai dari Cougar hingga Yuna. Elemen kecil seperti komentar singkat dari caddie juga menambah warna, apalagi dengan sistem relationship yang bisa membuka buff pasif atau teknik baru.
Mode utama bernama World Tour mencoba memberi variasi lewat mini-kampanye untuk tiap karakter. Ada percakapan ringan, lawan absurd seperti robot atau idol, hingga tantangan unik dengan judul nyentrik seperti Bearer of the Dark Blood.
Sayangnya, pacing terasa agak lambat. Pertandingan panjang, terutama 18 hole, mengharuskan pemain menunggu giliran CPU satu per satu. Bagi gamer modern yang terbiasa dengan ritme cepat, hal ini bisa membuat pengalaman jadi agak membosankan.
Dari sisi tone, game ini condong ke nuansa anime ceria dengan visual bersih. Untuk pemain lama yang mengingat gaya Hot Shots PS1 dengan vibe ala 90-an, perubahan ini bisa terasa terlalu halus. Namun, bagi yang lebih familiar dengan era PS3 atau PS Vita, atmosfernya terasa pas.
Ada juga Wacky Golf Mode, yang mirip dengan aturan liar ala Mario Golf. Mode ini sebenarnya menyenangkan, tapi penjelasannya kurang rapi sehingga bisa membingungkan pemain baru. Ditambah dengan onboarding yang lemah dan tempo CPU yang lambat, game ini butuh waktu ekstra sebelum benar-benar terasa seru.
Everybodys Golf: Hot Shots memang tidak sepenuhnya memberikan flashback ke masa lalu PS1. Tapi itu bukan berarti game ini buruk. Gameplay golf-nya tetap solid, penuh detail, dan menyenangkan ketika dimainkan. Meski ada kekurangan di tempo dan presentasi, game ini bisa jadi fondasi kuat bagi Hyde untuk mengembangkan seri ini lebih jauh.
Nostalgia bisa jadi jebakan, tapi Hot Shots terbaru ini mengingatkan kita: yang terpenting bukanlah masa lalu, melainkan bagaimana kita terus melangkah ke lubang berikutnya.