Selama beberapa dekade terakhir, anime telah menjadi fenomena global. Dari Tokyo hingga New York, penggemar menikmati cerita penuh emosi, visual indah, dan karakter yang ikonik. Tapi di sisi lain, animasi barat juga punya tempat istimewa di hati penonton lewat film seperti Toy Story, Frozen, dan Shrek.
Meski sama-sama bentuk animasi, anime dan animasi barat ternyata memiliki perbedaan mendasar — baik dari segi budaya, visual, maupun cara bercerita. Yuk, kita bahas lebih dalam dengan gaya santai supaya kamu bisa melihat keunikannya masing-masing.
Anime lahir di Jepang dan tidak bisa dilepaskan dari budaya negaranya. Nilai seperti kerja keras (ganbaru), rasa hormat, serta spiritualitas sering hadir dalam ceritanya. Bahkan, banyak anime mengambil inspirasi dari mitologi Shinto dan legenda rakyat Jepang.
Sebaliknya, animasi barat tumbuh dari budaya Amerika dan Eropa yang menonjolkan kebebasan individu, humor, dan pesan moral yang universal. Misalnya, The Incredibles dan Toy Story banyak mengangkat tema keluarga dan keberanian menghadapi hidup.
Anime seperti Naruto atau Attack on Titan biasanya mengajak penonton merenungi takdir dan pengorbanan, sementara animasi barat cenderung lebih ringan dengan nuansa optimis.
Kalau dilihat sekilas, perbedaan gaya visual anime dan animasi barat langsung terasa.
Anime identik dengan karakter bermata besar, ekspresi emosional, dan latar yang digambar dengan detail luar biasa. Warna-warnanya lembut, pencahayaannya artistik, dan setiap frame terasa seperti lukisan. Film seperti Your Name atau Demon Slayer: Mugen Train bahkan sering disebut sebagai “seni bergerak”.
Sebaliknya, animasi barat punya gaya yang lebih variatif tergantung pada studio pembuatnya. Pixar mengedepankan animasi 3D dengan tekstur realistis, sedangkan Cartoon Network punya gaya kartun yang lebih ekspresif dan eksperimental seperti di Adventure Time atau The Amazing World of Gumball.
Anime biasanya tidak takut menampilkan sisi gelap kehidupan. Bahkan dalam genre yang ringan sekalipun, selalu ada pesan mendalam atau konflik emosional yang kuat. Contohnya Fullmetal Alchemist: Brotherhood yang membahas etika, kehilangan, dan nilai kemanusiaan.
Animasi barat umumnya lebih ringan dan berfokus pada hiburan keluarga. Meski begitu, beberapa judul seperti Inside Out atau Zootopia juga mampu menghadirkan makna emosional tanpa kehilangan sisi fun-nya.
Kebanyakan anime dirilis dalam bentuk serial panjang dengan puluhan episode dan alur berkelanjutan. Hal ini memungkinkan pengembangan karakter yang mendalam. Sedangkan animasi barat lebih sering hadir dalam bentuk film tunggal atau serial pendek yang bisa dinikmati tanpa harus menonton dari awal.
Contohnya, Demon Slayer memiliki cerita berlapis dari musim ke musim, sementara Shrek menyelesaikan kisahnya dalam satu film berdurasi dua jam.
Anime tidak hanya ditujukan untuk anak-anak. Ada genre shounen untuk remaja, seinen untuk dewasa, hingga josei yang menyasar penonton perempuan dewasa. Bahkan beberapa anime seperti Death Note dan Psycho-Pass mengangkat tema filsafat dan moral yang berat.
Animasi barat umumnya lebih ramah keluarga. Namun, belakangan muncul karya dewasa seperti Rick and Morty, BoJack Horseman, dan Love, Death & Robots yang membuktikan bahwa animasi barat juga bisa matang dan reflektif.
Anime dan animasi barat memang sama-sama bercerita lewat gambar bergerak, tapi jiwa di baliknya berbeda. Anime lebih artistik, emosional, dan sering kali menyentuh hal-hal filosofis. Sementara animasi barat unggul dalam humor, teknologi animasi, serta pesan moral yang universal.
Pada akhirnya, bukan soal mana yang lebih baik, tapi bagaimana keduanya memperkaya cara kita menikmati cerita. Dunia animasi punya ruang untuk semua gaya — dari Jepang hingga Hollywood.