Dalam dunia game kompetitif seperti Mobile Legends, Dota 2, League of Legends, hingga VALORANT, role support sering kali identik dengan peran pendukung yang tak selalu mendapat sorotan utama. Namun menariknya, banyak gamer perempuan justru memilih role support sebagai peran favorit mereka.
Pertanyaannya: Kenapa cewek suka main support? Yuk, kita bahas dari berbagai sisi – mulai dari gaya bermain, psikologi, hingga pengaruh komunitas gaming!
Secara umum, banyak gamer perempuan memiliki gaya bermain yang team-oriented. Mereka cenderung fokus pada kerjasama, peran pendukung, dan kestabilan tim dibanding sekadar menjadi "pembunuh utama".
Support memungkinkan mereka:
Melindungi rekan satu tim
Mengatur posisi dan vision map
Memberikan utility seperti heal, shield, atau crowd control
Hal ini cocok dengan gaya bermain yang mengutamakan strategi dan kestabilan alih-alih agresi tanpa arah.
Beberapa riset menyebutkan bahwa perempuan cenderung lebih empatik dan responsif terhadap kondisi orang lain. Dalam game, ini diterjemahkan ke peran yang secara aktif:
Merespons teman yang butuh bantuan
Memberi informasi (ping/map call)
Mengambil tanggung jawab sebagai pelindung tim
Role support menjadi wadah alami untuk menyalurkan sifat ini, sekaligus jadi fondasi kuat dalam kemenangan tim.
Banyak support hero di MOBA maupun FPS menuntut makro play yang tinggi: seperti rotasi map, vision control, pemilihan timing skill, dan positioning. Cewek gamer yang suka berpikir taktis dan detail cenderung menikmati jenis gameplay ini.
Mereka lebih fokus pada:
Kapan inisiasi dilakukan
Menyimpan skill untuk momen krusial
Mengatur posisi agar tetap aman tapi efektif
Role support jarang jadi rebutan dan justru lebih diterima oleh pemain lain. Dalam komunitas gaming yang kadang toxic, ini membuat gamer perempuan merasa lebih nyaman dan dihargai.
Beberapa alasan tambahan:
Tidak perlu pamer mekanik tinggi
Diapresiasi karena "clutch moment" support
Tidak disalahkan saat kalah (dibanding jungler atau carry)
Banyak pro player wanita atau streamer populer mempopulerkan role support. Ini secara tidak langsung menjadi inspirasi bagi cewek gamer untuk menjajal role serupa.
Contoh:
MLBB: VY Gaming (Angela, Faramis), Jess No Limit (Eudora support)
VALORANT: Pro player wanita sering main Sage, Killjoy, atau Skye
LoL: Pokimane dulu sempat jadi main support di Soraka/Janna
Main support bukan berarti tidak penting. Justru, di meta kompetitif, support adalah otak strategi tim. Meski tak selalu dapat kill atau MVP, peran mereka sering menjadi penentu hasil akhir.
Itulah sebabnya banyak cewek gamer merasa:
"Aku memang bukan yang paling menonjol, tapi aku tahu tanpaku tim gak bisa menang."
Cewek suka main support bukan karena mereka tidak bisa bermain agresif, tapi karena role ini cocok dengan gaya bermain mereka yang analitis, responsif, dan berorientasi pada tim.
Di dunia game modern, role support bukan lagi sekadar "pemain cadangan", melainkan jantung permainan yang bisa membalikkan keadaan.